JURNAL PRATIKUM KIMIA ORGANIK II (PERCOBAAN 6 SKRINNING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM )

 JURNAL PRATIKUM KIMIA ORGANIK II (PERCOBAAN 6 SKRINNING FITOKIMIA  SENYAWA BAHAN ALAM )

JURNAL PRATIKUM

KIMIA ORGANIK II



 

DISUSUN OLEH :

 

Risa Novalina Ginting  (A1C118070)

 

DOSEN PENGAMPU :

 

Dr.Drs.SYAMSURIZAL.,M.Si

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA 

JURUSAN METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020



I. Judul : Skrining Fitokimia Senyawa Bahan Alam

II. Hari/Tanggal : Kamis,  19 November 2020

III. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini sebagai berikut :

1.      Dapat mengenal dan memahami teknik-teknik skrinning fitokimia bahan alam

2.     Dapat mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrinning fitokimia bahan alam

3.      Dapat melakukan skrinning fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan

IV. Landasan Teori

Kandungan kimia yang terdapat pada makhluk hidup berdasarkan pada cara terbentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu: (1) Metabolit primer, yang merupakan senyawa organic yang terlibat dalam proses metabolism dan makhluk hidup tersebut seperti karbohidrat, lipid protein dan asam-asam amino. (2) Metabolit sekunder, meruapakan hasil samping pada proses metabolism seperti alkaloida, streoida, flavonoida, fenolik, kumarin, kuinon, saponin, tannin, lignin, dan glikosida dll yang dikenal sebagai kimia bahan alam. Secara umum keberadaan suatu kelompok metabolit sekunder Dallam bahagian tumbuhan/makhluk hidup akan dapat dideteksi berdasarkan pada sifat kimia yang khas dari gugus fungsi kelompok metabolit sekunder tersebut untuk bereaksi dengan pereaksi kimia tertentu (Tim Kimia Organik, 2020).

Skrinning fitokimia adalah cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum terlihat dengan suatu pemeriksaan yang bisa dengan cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu. Pada skrinning fitokimia  merupakan tahap awal dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gamabaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Sehingga metode skrinning fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunkan suatu peraksi warna, hal ini penting dalam skrinning fitokimia karena pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti, 2008).

Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, dll). Terutama pada kandungan metabolit sekunder bioaktif seperti alkaloida, antrakuinon, flavonoida, glikosida jntung, saponin (steroid dan hiterpenoid), tannin, minyak astiri (terpenoid) iridoid, dan sebagainya. Dengan tujuan pendekatan srinning fitokimia ini untuk mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Robinso, 1995).

 

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

1.      Tabung reaksi 20 buah

2.      Erlenmeyer 250ml

3.      Plat tetes

4.      Gelas kimia 200ml

5.      Pipet tetes

6.      Lumpang

7.      Corong gelas

8.      Gelas ukur

5.2 Bahan

1.      Pereaksi Dragendorf

2.      Pereaksi Mayer

3.      Pereaksi Wagner

4.      Kloroform

5.      NaOH padatan

6.      Etanol

7.      Iodine

8.      Metanol

9.      Brusin

10.  KI

11.  Heksan

12.  Shinoda

 

VI. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Alkaloida

1.      Dihaluskan simplisia tumbuhan sebanyak 2-4 gr pada lumpang dengan menambahkan sedikit kloroform dan pasir bersih (silica).

2.      Bahan tumbuhan yang sudah halus dibasahi dengan 10ml kloroform, lalu gerus lagi dan ditambahkan 10 ml kloroform amoniak 1/20 N dan gerus lagi.

3.      Saring bahan yang telah digerus tadi kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 2N, lalu dikocok.

4.      Dipisahkan dan didekantasikan lapisan asam kedalam tiga tabung reaksi kecil dan masing-masing tabung ditambahkan dengan satu tetes pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf.

 

b) Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid

1.      Dimasukkan simplisia tumbuhan 5 gr kering yang telah dirajang halus kedalam erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan dengan 25 ml etanol dan diaduk-aduk.

2.      Panaskan diatas penangas air selama 10 menit (jangan menggunakan api langsung), dan saring dalam keadaan panas.

3.      Diuapkan filtrat pelarutnya dengan rotary evaporator atau dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak pekat etanol.

4.      Dititrasi ekstrak pekat etanol dengan sedikit eter dan beberapa tetes larutan eter ditempatkan dalam 2 lobang plat tetes dan biarkan kering.

5.      Ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat, diaduk dengan hati-hati.

6.      Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan amati perubahan warna yang terbentuk.

7.      Periksalah reaksi dengan menambahkan asam sulfat pekat pada lobang plat tetes yang satu lagi, amati warna yang terjadi. Kalau terbentuk warna yang sama sangat boleh jadi contoh tumbuhan yang diperiksa tidak mengandung terpenoida tapi senyawa lain yang bereaksi dengan asam sulfat pekat.

 

c) Pemeriksaan Flavonoida

1.      Diekstrasksi 0,5 gr simplisia tumbuhan yang telah dihaluskan dengan 10 ml etanol panas selama 5 menit dalam tabung reaksi.

2.      Disaring hasil ekstrak dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat, lalu ditambahkan lebih kurang 0,2 gr bubuk magnesium. Bila timbul warna merah tua, menandakan contoh mengandung flavonoid. Cara uji teknik shinoda (Mg+HCl).

3.      Cara lain pengujian flavonoid, dengan menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange merah.

 

d) Pemeriksaan Saponin

1.      Dimasukkan lebih kurang 0,5 gr bahan tumbuhan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 10 ml air panas dan biarkan menjadi dingin kemudian dikocok selama 10 detik.

2.      Bila terbentuk busa yang stabil setinggi 1-10cm selama 10 menit tidak hilang saat penambahan 1 tetes asam klorida 2N pada perlakuan ini, berarti tes saponin adalah positif.

 

e) Pemeriksaan Kuinon

Dipotong-potong halus simplisia tumbuhan, kemudian diekstraksi dengan eter. Jika warna contoh yang diuji masuk kedalam pelarut eter boleh jadi zat warna yang ada adalah kuinon.

 

f) Pemeriksaan Kumarin

Ekstrak metanol atau ekstrak dari simplisia tumbuhan dapat dideteksi keberadaan kumarinnya dengan cara ekstrak etanol atau metanol dari contoh kromatografi lapis tipis, dengan menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat : metanol (9:1) atau (8:2). Dibawah sinar ultraviolet gelombang panjang 360 nm kumarin biasanya akan berfloresensi biru dan kalau noda ini diberi uap ammonium akan terlihat noda yang berwarna kuning.

Berikut adalah link video percobaan : 

https://youtu.be/qAJubi6Gra8

Permasalahan

1.      Mengapa saat dilakukannya uji pemeriksaan steroid dan terpenoid digunakannya H2SO4 pekat?

2.      Mengapa pada pemeriksaan alkaloida setelah simplisia tumbuhan itu dihaluskan, dilakukannya penambahan kloroform? Apa kegunaan dari kloroform tersebut?

3.      Pada percobaan ini digunakan asam sulfat dalam proses identifikasi steroid dan terpenoid, yang ingin saya tanyakan apa peran dari asam sulfat tersebut?

Komentar

  1. Baiklah, saya Thifani Aulia Putri Pane (A1C118009) akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1. Penambahan asam sulfat pekat pada steroid bertujuan untuk menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk cincin merah coklat atau ungu dan larutan atas berwarna hijau. Terimakasih

    BalasHapus
  2. Baiklah saya Muhamad Khoirul Abdillah (040) akan mencoba menjawab permasalah nomor 3, asam sulfat disini berperan untuk mendeteksi apakan terdapat kandungan steroid dan terpenoid pada suatu larutan tersebut

    BalasHapus
  3. Baiklah saya Adinda Putri (008) akan menjawab permasalahan no 2 dimana kegunaan kloroform disini untuk memperjelas warna dalam sampel .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL PRATIKUM KIMIA ORGANIK II (PERCOBAAN 3 PEMBUATAN SENYAWA ORGANIK ASAM ASETIL SALISILAT ( ASPIRIN) )